Desa Bugis di Indramayu, Pengabdian Prajurit Pelarian di Hutan Darma Ayu.


METAIDE--Terkesan janggal, terdapat desa dengan nama Bugis di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Bisanya komunitas Bugis banyak berdiaspora ke wilayah Sumatera, Kalimantan, dan daerah-daerah di Timur Indonesia.tetapi ini justru membangun desa di kabupaten Indramayu. Inilah sejarah yang menceritakan tentang asal usul Desa Bugis

Sejarah berdirinya Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, memiliki hubungan dengan kekerabatan masyarakat , Sulawesi Selatan. 

Nama Bugis yang disematkan menjadi nama desa di Indramayu itu, awalnya dari prajurit yang berasal dari Suku Bugis, Sulawesi Selatan. Hingga akhirnya, nama khas itu menjadi sebutan sebuah pedukuhan yang diberi nama Desa Bugis.

Menurut cerita yang berkembang, suku Bugis waktu itu yang merupakan prajurit perang, lari ke Jawa Barat tepatnya ke hutan Darma Ayu (Indramayu) dan menetap. Hingga menjadi cerita rakyat, sejarah Desa Bugis diawali dari tiga prajurit dari Kerajaan Mataram yang melarikan diri ke tanah Jawa.

Tiga prajurit tersebut adalah Panji Alif dari Pegaden, Daeng Morontolo dari Makassar (Sulawesi Selatan), dan Joko Sari dari Pabean. Ketiga orang pelarian perang itu, merupakan Prajurit Raden Trunojoyo dan Prabu Karaeng Galesong.

Mereka melarikan diri pada tahun 1679 ketika pemberontakannya terhadap Mataram, berhasil digagalkan oleh VOC. Mereka bertiga melarikan diri ke tanah Jawa hingga sampai ke Hutan Darma Ayu Barat.Di dalam Hutan Darma Ayu tersebut, terdapat kedung (danau kecil) dan bukit di sebelah baratnya. 

Mereka bertiga akhirnya menetap di lokasi tersebut dan membuka lahan untuk bercocok tanam. Panji Alif menetap di sebelah timur kedung, Daeng Morontolo di sebelah selatan kedung, dan Joko Sari di sebelah barat kedung.

Selama mereka bercocok tanam, mereka pun membolehkan penduduk lain untuk ikut menggarap tanah yang mereka tempati. Lama menetap, akhirnya mereka berkirim pesan kepada Raja Darma Ayu, bahwa mereka siap mati sebagai prajurit Darma Ayu.

Setelah hampir satu tahun menetap sambil bercocok tanam, Joko Sari dan Panji Alif kemudian menjemput anak istrinya di Bugis dan memboyongnya ke tempat baru tersebut. Sambil menunggu panggilan pengabdian dari Raja Darma Ayu, mereka menjalani puasa tirakat untuk memperdalam ilmu dan kesaktian mereka dengan caranya masing-masing.

Hingga akhirnya panggilan tersebut tiba, mereka dipanggil Raja Darma Ayu untuk berperang melawan penjajah. Namun dalam peperangan tersebut, hanya Joko Sari yang kembali dengan selamat.

Kemudian Raja Darma Ayu memberikan perintah kepada Joko Sari, menjadi pemimpin di lokasi yang sebelumnya dibuka oleh teman sepelariannya itu. Untuk mengenang teman seperjuangan, Joko Sari akhinya memberi nama desanya dengan sebutan Desa Bugis.

Nama tersebut untuk mengenang Daeng Morontolo, teman seperjuangannya yang berasal dari Suku Bugis-Makassar. 

Pada tahun 1978-1988, Desa Bugis dimekarkan menjadi beberapa desa yang terkenal dengan sebutan B2MS, mengandung arti, dari Bugis, Bugistua, Mangunjaya, dan Salamdarma. Keempatnya merupakan desa baru dari asal usul Desa Bugis. 

Itulah sejarah Desa Bugis yang merupakan sebuah desa di Indramayu, Jawa Barat yang tebrntuk berkat jasa prajurit Bugis-Makassar.* 

Posting Komentar

0 Komentar